PERBEDAAN
SERAT PUSTAK RAJA PURWA
DAN
SERAT KANDA
Perbedaan antara keduanya terletak
pada beberapa aspek, diantaranya : historis, penokohan dan penyajiannya.
(1).
Penyajiannya
Dalam Serat Pustaka Raja Purwa
(Gagrag Surakarta) penyajiannya berupa gancaran. Sedangkan pada Serat Kanda
(Gagrag Yogyakarta) penyajiannya statis,bervariasi.
(2).
Historisnya
Serat Pustaka Raja Purwa ( Gagrag
Surakarta) diterbitkan pada 8 Mei 1983. Sedangkan pada Serat Kanda
(Gagrag Yogyakarta) diterbitkan pada masa orde
lama.
(3).
Penokohannya
Dalam penokohannya,ada banyak
perbedaan. Diantaranya :
(a)
Tokoh
Bagong
Berawal
dari Kesultanan Mataram yang mengalami keruntuhan dan berganti nama menjadi
Kasunanan Kartasura. Sejak tahun 1745 Kartasura kemudian dipindahkan ke
Surakarta. Selanjutnya terjadi perpecahan yang berakhir dengan diakuinya Sultan
Hamengkubuwana I yang bertahta di Yogyakarta.
Dalam
hal pewayangan, pihak Surakarta mempertahankan aliran Kyai Panjang Mas yang
hanya memiliki tiga orang Punakawan (Semar, Gareng, dan Petruk), sedangkan
pihak Yogyakarta menggunakan aliran Nyai Panjang Mas yang tetap mengakui
keberadaan Bagong.
Akhirnya,pada
zaman kemerdekaan, Bagong bukan lagi milik Yogyakarta saja. Para dalang aliran
Surakarta pun kembali menampilkan empat tokoh punakawan dalam setiap pementasan
mereka. Bahkan, peran Bagong cenderung lebih banyak daripada Gareng yang
biasanya hanya muncul dalam gara-gara saja.
(b)
Tokoh
Semar
Dalam
naskah Serat Kanda dikisahkan,bahwa asal-usul Semar berasal dari penguasa
kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang
Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka
tahta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang
kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal
kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru,dengan nama
Semar.
(c)
Tokoh Antareja
Dalam
pewayangan klasik versi Surakarta, Antareja merupakan nama lain dari Antasena,
sedangkan versi Yogyakarta menyebut Antasena merupakan adik lain ibu dari
Antareja, selain Gatutkaca. Sementara itu, dalam pewayangan zaman para dalang
versi Surakarta, umumnya juga mengisahkan Antareja dan Antasena sebagai dua
orang tokoh yang berbeda. Antareja adalah putra sulung Bimasena yang lahir
dari Nagagini putri Batara Anantaboga,
dewa ular. Perkawinan Bima dan Nagagini terjadi setelah peristiwa kebakaran Balai
Sigala-Gala dimana para Korawa mencoba untuk membunuh para Pandawa seolah-olah
karena kecelakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar